Ustadz Yusuf Mansur Dukung NU dan Muhammadiyah Tolak PPN di Dunia Pendidikan
Jakarta – Pemerintah berencana mengenakan pajak pertambahan nilai (PPN) pada jasa pendidikan atau sekolah. Seperti halnya yang tertuang dalam revisi Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang diajukan pemerintah, dan akan dibahas dengan DPR.
Dengan adanya rencana pemerintah ini, dua organisasi Islam terbesar di Tanah Air, Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah menyatakan menolak usulan pemerintah tersebut. Ustadz Yusuf Mansur pun mendukung dua organisasi ini dalam menolak dikenakannya PPN pada pendidikan.
Pernyataan Ustadz yang kerap disapa UYM itu diutarakannya lewat media sosial Instagram pribadinya. Menurut UYM, adanya pajak di dunia pendidikan adalah bertentangan dengan spirit UUD 1945.
“NU dan Muhammadiyah udah nolak. Lah kalo 2 lembaga yg lebih GEDE dari GABAN ini udah nolak, masa iya pemerintah dan kementrian trkait jalan trs? Rada ga mungkin,” tulis Yusuf Mansur di akun Instagram pribadinya @yusufmansurnew, baru-baru ini.
UYM bahkan berharap, dua organisasi Islam tersebut lebih dibesarkan lagi. “Agaknya, dua lembaga ini, HARUS DIGEDEIN lebih lagi,” tulisnya.
Dalam komentarnya, UYM mengajak seluruh anak, pelajar dan juga masyarakat agar masuk ke lembaga pendidikan yang telah ada di NU dan Muhammadiyah. Harapannya, agar dua organisasi ini menjadi lebih besar lagi ke depannya. Berikut komentar panjang UYM di akun Intagram miliknya.
“Ayo, anak2 Indonesia… Masuk ke lembaga pendidikannya NU dan Muhammadiyah. Gedein bener dah. Dan kemudian, berekonomi juga bener2 di kedua lingkungan ini, dengan sebener2nya bersatu… Sekalian gedein betul segede2nya. Kita bantu. Misal sakit, ayo ke rumah2 sakit NU dan Muhammadiyah juga. Tar NU dan Muhammadiyah, bikin terus ekosistem perjuangan sosial, seni, budaya, dan ekonomi, lebih masif dan lebih menggurita lagi. Sehingga punya daya, power, dan alat tawar yang ciamik banget. Abis itu, jangan ragu masuk ekosistem politik sekalian. Percuma juga jadi kawanan dan sekawanan. BIla ga megang rules. Ga megang kendali.
Seluruh alumni, tokoh2, warga NU dan Muhammadiyah, bunyiin aja semua suaranya, langkahnya, pikirannya. Lebih lagi narasi dibumikan, disyiarkan, dan dikumandangkan…
Demen saya nih…
Saya makin liat kekuatan ini, nyata. Tinggal nanti, bersatu dah… Wuidih… Jeger2an dah…
Di industri keuangan, pasar modal, pasar saham, pasar uang, bursa efek, perbankan, pasar digital, kudu ada yg diambil dan diakusisi bareng nih… Sama NU dan Muhammadiyah… Ambil 1 yang paling gede, dari masing2 entiti, masing2 jenis, jadi ownernya… Lalu diorkestrai dan mengorkestrai dirinya sendiri.. Ngelead bangsa dan negeri ini… Asli serem nih… Serem seneng. Serem bahagia. Sebab warnanya pasti masih tetep sangat nusantara. Masih sangat mengindonesia… Teduh, adem, kalem, tenang, damai… Dan kolaboratif dengan stake holders lain di neger ini. Sekalian ngawal pemerintahan agar berjalan semakin sesuai dengan nafas Proklamasi, Pancasila, dan UUD 1945. Ah, kangen bicara2 dengan narasi kebangsaan dan kenegaraan. Nyata sekali, kekuasaan dan kekuatan, ada kaitannya banget2 dengan seluruh sendi di negeri ini. Saya percaya kekuatan niat baik semua pihak. InsyaaAllah negeri ini malah bersatu padu semuanya. Tanpa kecuali…,” begitu tulis UYM panjang lebar dalam unggahannya. myz