Media Literasi Gelar Diskusi Filosofi Jawa Bertajuk Memayu Hayuning Bawono

JAKARTA, beritakin.com | Sebuah diskusi filosofi Jawa bertajuk “Memayu Hayuning Bawono” (Hidup Seimbang Sesama Manusia Dan Alam), digelar oleh Media Literasi yang diantaranya terdiri dari Majapahittv.com, trenzindonesia.com, beritakin.com. Perempuannusantara.com, indocf dll, Rabu (9/2/2022) mulai Pkl. 19.30 WIB.
Dipandu oleh Zakiyah S.pd, Diskusi filosofi Jawa yang digelar secara daring ini menghadirkan 2 narasumber yakni Agus Sugiharto M.Si (Penggiat Sosial-Budaya/Dalang Millenial) serta Dr. Herawati Susetya (Akademisi Universitas Krisnadwipayana). Sementara yang hadir sebagai penanggtap adalah Inggar Saputra (Peneliti Pendidikan)n dan Saiful SH (Praktisi).
“Manusia harus membangun dan memperkuat kesalehan individu, kesalehan sosial, semangat toleransi dan gotong royong agar tercipta keseimbangan hidup dengan alam semesta. Dalam konteks pendidikan, manusia harus mampu menciptakan sinergis antara nilai kebangsaan, etika dan logika agar mampu menciptakan manusia merdeka belajar.”, papar Dr Herawati dalam webinar filosofi Jawa bertemakan “Memayu Hayuning Bawono” di Jakarta, Rabu (9/2).
Masih Menurut Dr. Herawati, “Peradaban Indonesia yang Pancasilais sangat dipengaruhi identitas budaya dan kearifan lokal yang membentuk rasa nasionalisme manusia Indonesia.”.
“Indonesia merdeka karena rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Kita menjadi Indonesia, tapi tidak melupakan budaya lokal dan siap menjadi manusia Pancasila. Konteks ini, nilai Pancasila menyatu dengan nilai kebudayaan dan religius kita sebagai sebuah bangsa. Keserasian manusia dengan budaya, termasuk alam mengakar dalam konsep memayu hayuning bawono” tegas Dosen Universitas Krisnadwipayana ini.
Sementara Agus Sugiharto M.Si selaku penggiat budaya menyatakan, “Dalam tradisi masyarakat Jawa hubungan antara Tuhan, Alam semesta dan manusia dikonsepsikan secara harmonis. Konsepsi kosmologis Jawa bahwa alam ini terdiri dari mikrokosmos dan makrokosmos (jagat kecil dan jagat besar)”.
“Ini diperjelas dalam tujuh gatra, Hamemayu hayuniung tirto (air), Hamemayu hayuning wono(hutan), Hamemayu hayuning samodro (lautan), Hamemayu hayuning howo, (udara), Hamemayu hayuning bantolo(tanah), Hamemayu hayuning budoyo (budaya), Hamemayu hayuning manungso(manusia).”, Jelas Agus Sugiharto M.Si
“Menjaga ketujuh gatra sama dengan menciptakan harmonisasi manusia dan alam, ini berpengaruh kepada tindakan dan perkataan kita dalam hidup sehari-hari” jelas dalang millennial ini.
Saiful SH, sebagai praktisi menambahkan, konsep memayu hayuning bawono dalam filsafat Islam di awali dari konteks. Man Arofa nafsahu fakod Arofa Robbahu.

“Menurut filsafat Jawa menegaskan keharmonisan jagad alit sebagai pribadi dan jagat gede sebagai masyarakat dan dunia. Manusia yang mampu menyatukan keduanya akan menciptakan bahagia, sejahtera, harmonis dan jauh dari sifat serakah.”, jelas praktisi yang akrab disapa Bejo.
Sementara Inggar Saputra M.Si selaku peneliti pendidikan menjelaskan, praktek filosofi Jawa memayu hayuning bawono dapat ditemukan dalam keseharian. Adanya pandemi Covid-19 mendidik kita untuk serasi dengan alam, menjaga kesehatan dengan prokes dan menahan diri tidak keluar rumah dengan kendaraan sehingga udara menjadi segar, alam pun terjaga. (Fjr)