Danrem Wira Satya: Terorisme Tugas Kita Bersama
Denpasar – Ancaman Terorisme menjadi hal yang sangat rentan bagi Bangsa Indonesia. Dari pengalaman yang ada telah beberapa kali terjadi di wilayah Indonesia yang membawa bencana bagi kemanusiaan dan kerugian lainnya. Tidak juga Bali yang pernah mengalami guncangan dahsyat akibat ulah terorisme pada tahun 2002 dan 2005.
Hal ini disampaikan Danrem 163/Wira Satya saat menerima audiensi Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Bali, Senin (23/11/2020), di Lobi Makorem 163/Wira Satya.
Kedatangan FKPT Provinsi Bali dipimpin oleh Ketuanya I Gusti Agung Ngurah Sudarsana, S.H., M.H., yang menyertakan 4 Stafnya.
Danrem sangat berterima kasih atas acara audiensi yang dilakukan FKPT Provinsi Bali ke Korem 163/Wira Satya.
Selain sebagai wujud simakrama atau silaturahmi, tentunya banyak hal yang bisa dilakukan dalam bentuk kerjasama utamanya dalam rangka pencegahan berbagai kemungkinan terhadap tindakan terorisme.
“Ada berbagai hal yang bisa kita kerjakan terkait dengan aspek geografi, demografi dan juga kondisi sosial yang meliputi Ipoleksosbud Hankam yang ada di wilayah Bali,” ungkap Danrem.
Danrem bersyukur bahwa secara umum wilayah Bali sampai saat ini tetap aman dan terjaga kondusif. Ini tidak terlepas peran dari semua pihak dan yang lebih mendukungnya, Bali memiliki kearifan lokal adat budaya yang sangat kuat.
Berbagai persoalan yang ada memungkinkan untuk diselesaikan secara pendekatan sosial budaya, termasuk dalam mencegah terjadinya terorisme bisa diantisipasi dengan pendekatan sosial budaya.
Penting bagi kita untuk mensosialisasikan kepada masyarakat tentang ancaman terorisme dan pendekatan budaya perlu dilakukan dengan tetap pada koridor negara yang berdasarkan Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika yang dibingkai dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Kita memiliki Pancasila sebagai dasar dan falsafah bangsa yang telah dipilih dan diformulasikan oleh pendiri bangsa ini, maka Pancasila telah menjadi hal final yang harus dipahami dengan baik dan benar dalam merekatkan bangsa ini,” jelas Danrem.
Sementara itu Ketua FKPT Provinsi Bali I Gusti Agung Ngurah Sudarsana, S.H., M.H., sangat berterima kasih dapat beraudiensi dengan Danrem 163/Wira Satya.
“Kesempatan ini merupakan hal baik untuk saling bertukar informasi di antara dua institusi”, ungkap Agung Sudarsana.
Dijelaskannya, pada dasarnya banyak masyarakat belum paham atau mengetahui tentang keberadaan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme atau FKPT ini.
“Banyak berpikir bahwa FKPT ini seperti institusi untuk menangkapi terorisme seperti Densus 88,” ungkap Pejabat asal Desa Keramas, Gianyar ini.
Menurutnya FKPT merupakan badan Ad Hoc turunan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme atau BNPT di Pusat yang tugasnya dalam rangka pencegahan tindak terorisme yang lebih mengedepankan langkah-langkah sosialisasi dan memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk tidak berpikir radikal yang nantinya merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Harus dipahami bahwa radikalisme merupakan embrio atau benih-benih munculnya terorisme.
Danrem juga mengingatkan tentang lone wolf dimana seseorang akan mudah terpapar radikalisme yang berujung pada tindakan terorisme diakibatkan seringnya melihat atau menonton ajakan atau provokasi lewat media sosial atau internet sehingga jika tidak memiliki pemahaman dan analisa yang baik maka banyak yang akhirnya melakukan perbuatan radikal dan teror akibat pemahaman yang salah dan sempit.
Tindakan lone wolf ini dilakukan sendiri dan mandiri mulai dari mempelajari, menentukan target dan mengesekusinya secara sendiri tidak terkait jaringan atau kelompok.
Danrem juga berharap kepada FKPT Provinsi untuk dapat menjalin komunikasi dan koordinasi dengan unsur-unsur TNI AD di wilayah seperti Kodim, Koramil dan Babinsa dimana mereka semua adalah ujung tombak dalam rangka pembinaan teritorial. myz