Bupati Halmahera Selatan Ingin Kopra Putih Jadi Primadona Untuk Kembalikan Senyum Masyarakat
JAKARTA, Beritakin.com | Bupati Halmahera Selatan, Maluku Utara, Usman Sidik, S.H., M.H., terpilih menjadi salah seorang bupati penerima Anugerah Kebudayaan PWI Pusat 2023 pada Hari Pers Nasional (HPN) 9 Februari 2023 di Kota Medan.
Bupati Usman Sidik menghadirkan tema pangan inovasi kopra putih, saat presentasi di Kantor PWI Jakarta Pusat beberapa waktu lalu. Mengenakan pakaian adat dari Halmahera Selatan berwarna biru, Usman mengungkapkan harapannya agar kopra putih jadi primadona dari kabupatennya.
Harapan Usman Sidik tidak berlebihan. Saat ini Kabupaten Halmahera Selatan memiliki luas perkebunan kelapa mencapai 29.731 hektare dengan produksi 23.532 ton per tahun.
Bupati Usman Sidik juga terinspirasi sejarah kejayaan sumber daya alam masa lampau di Kesultanan Bacan di Halmahera Selatan. Sumber daya alam seperti rempah-rempah telah mengundang bangsa Eropa datang ke wilayah ini.
“Pada zaman Kolonial Belanda, Kesultanan Bacan sempat mendirikan maskapai perdagangan Batjan Archipel Maastchappij (BAM) setelah mendapat konsesi dari Sultan Sadik selama 75 tahun. Hasil produk perkebunannya mampu menembus pasar Eropa,” paparnya.
“Salah satunya perkebunan kelapa BAM didirikan oleh Mr M.E.F. Elout pada 8 Juni 1880. Mr Elout tiba di Bacan pada 8 Juni 1880 dan tinggal di sana hingga 27 November 1880. Ia bertekad menjadikan Bacan sebagai Deli kedua,” ungkap Usman Sidik. Deli di Sumatera terkenal dengan perkebunannya.
Saat presentasi di hadapan Tim Juri Anugerah Kebudayaan PWI Pusat 2023, Usman Sidik yang pernah menjadi wartawan stasiun televisi RCTI dan mengaku masih memiliki Kartu Tanda Anggota PWI, membawa sejumlah produk kopra yang kini sedang dikembangkan di kabupatennya.
Saat terpilih sebagai Bupati Halmahera Selatan, Usman mendapati kopra yang jadi andalan hidup masyarakat masih diolah secara tradisional dengan pengasapan. Akibatnya, kopra tampak hitam/cokelat dan terkesan tidak begitu menarik. Kualitas hasil produknya kurang baik karena warna kelapanya hitam. “Nilai ekonominya juga rendah sehingga berpengaruh pada harga jual yang sering terjadi fluktuasi,” ungkapnya.
Usman mendorong perlunya inovasi dalam proses pengolahan kelapa menjadi kopra putih di mana kualitasnya terjamin dan sesuai permintaan pasar. Dengan demikian, harganya pun bisa terjamin dan masyarakat bisa mendapatkan hasil yang baik.
Saat dilantik sebagai bupati tahun 2021, ia langsung mengadakan inovasi pengembangan kopra putih di Halmahera Selatan. Yang pertama dilakukannya memerintahkan Dinas Pertanian menggelar pelatihan kepada kelompok-kelompok petani kelapa agar bisa menghasilkan kopra putih yang nilai ekonomisnya jauh lebih tinggi dari pada kopra hitam.
Usai pelatihan itu menyerahkan bantuan 12 unit pengolahan kopra putih yang dipusatkan di Desa Tabapoma, Kecamatan Bacan Timur Tengah. Dengan demikian, kata Bupati, para petani bisa menggunakan unit pengolahan kopra putih dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan daya saing komoditi unggulan daerah kelapa menuju senyum kesejahteraan masyarakat.
Para kelompok petani kopra tersebut juga didampingi tenaga penyuluh dari Dinas Pertanian untuk tiap-tiap desa yang mempunyai alat pengolahan, sehingga petani bisa mengetahui cara pengolahannya.
“Program ini kita baru mulai tahun 2021, tapi hasilnya sudah mulai dirasakan masyarakat. Kita akan terus jalankan ini,” ujar Bupati Usman Sidik penuh antusias.
Harapan Bupati Usman Sidik menjadikan Halmahera Selatan sebagai sentra kelapa makin terbuka lebar. ”Kami ingin Halmahera Selatan menjadi sentra kelapa sesuai dengan visi dan misi kami yakni Mengembalikan Senyum Masyarakat Halmahera Selatan dengan meningkatkan ekonomi petani kelapa,” katanya berharap.
Kabupaten Halmahera Selatan memiliki luas wilayah 40.263,72 km2 atau sekitar 27,62% dari Luas wilayah Provinsi Maluku Utara. Luas daratannya 8.779,32 km2 (22%) dan luas lautnya 31.484,40 km2 (78%). Jumlah pulaunya 371 buah.
Penduduknya berjumlah 252.357 jiwa yang tersebar di 30 kecamatan dan 249 desa. Penduduk kabupaten ini juga beragam, yang beragama Islam 80% dan sisanya beragama Kristen. Di sana terdapat 18 etnis. (PR/Fjr) | Foto: Dok. PWI Pusat